Kamis, 30 Juli 2009

Seberapa penting kejujuran untuk anda?

Banyak diantara kita yang selalu mengharapkan kejujuran, atau bahkan menuntut kejujuran dari teman-teman kita, dari keluarga kita, dan juga dari pasangan kita. Tapi pernahkah kita berpikir, ketika kita hanya menuntut, maka suatu saat kejujuran akan kehabisan stok dalam pasar kehidupan ini, Dan suatu saat harganya akan melambung tinggi, sehingga kita tidak mampu untuk membelinya.
Ya, ketika permintaan banyak, sementara produksi sedikit atau bahkan tidak ada, maka suatu saat kita tidak bisa lagi menjumpai yang namanya kejujuran. So, berarti kita harus memproduksi kejujuran. menciptakan kejujuran. Ketika kita beranggapan bahwa kejujuran harganya mahal, sebenarnya kita keliru. Kalau kita mau, harganya bisa sangat murah. Kita menciptakan kejujuran dari diri sendiri. Ketika setiap kita telah menambahkan satu kejujuran ke dalam pasar kehidupan, maka stoknya makin lama makin berlimpah. akhirnya kejujuran akan mudah kita dapatkan. Dan kita tidak perlu lagi menuntutnya dari orang lain. Kita sudah bisa menciptakan sendiri.
Siapakah yang seharusnya, menciptakan kejujuran?
Siapapun yang merasa membutuhkan kejujuran, maka ia harus menciptakannya juga, dan siapapun yang membutuhkan, maka ia juga bisa menciptakannya.
Untuk siapakah kita menciptakan kejujuran?
Untuk semua isi alam semesta ini. Untuk temen-temen kita, untuk orang tua kita, dan untuk pasangan kita. tetapi yang paling penting adalah kejujuran untuk diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa menuntut orang lain untuk jujur pada kita, ketika kita sendiri tidak jujur pada diri kita?
jadi seberapa pentingkah kejujuran itu untuk anda? tanyakan sendiri pada diri anda.


Rabu, 29 Juli 2009

Ukurlah perjalanan hidupmu, dan jangan pernah putus asa

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun, yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya
sia-sia...

Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...

Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa
berlalu begitu saja...

Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk
menelepon.
Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak
berbuat apa lagi...

Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa
tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap
syukur..
Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...

TUHAN TAHU...

salinan dari kaskuser

Selasa, 28 Juli 2009

Bagaimana memulai menulis?

banyak sekali kendala yang menjadikan kita susah untuk menulis, meskipun untuk sekedar menuangkan ide yang simple. mungkin karena banyak faktor yang menjadikan kita benar-benar tak bisa mengajak tangan kita mengambil pena atau mengetik keybord, dan mungkin salah satu faktor yang paling dominan adalah rasa yang tak cukup pede untuk menulis.
nah..bagaimana cara supaya kita pede untuk menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam jiwa kita menjadi tulisan yang bisa diabadikan?
marilah sedikit simak cara yang mungkin bisa menjadikan kita berani untuk tampil menuangkan ide menjadi sebuah tulisan.

1. Mempelajari teori menulis baru praktik;
2. Learn the hard way atau menulis dulu teori belakangan.

Terserah kita mana yang lebih enak dan nyaman. Tapi, berdasarkan pengalaman teman-teman yang sukses dalam menulis, mereka umumnya mengesampingkan teori, dan memilih jalan menulis dulu baru belajar menerapkan tata caranya penulisan yang benar. seperti yang selalu dipakai temen saya Saefuddin Zuhri . L.C. seorang penulis kenamaan dalam lingkup Masisir. beliau tak pernah belajar teori, dan lebih memilih langsung praktek. beliau memberikan alasan belajar teori malahan akan membuat ide2 kita mati sebelum di tuangkan menjadi sebuah tulisan, alternatif kedua tampaknya lebih bagus.
nah..jangan takut lagi untuk menulis, apapun yang kita lihat, yang kita rasa sebisa mungkin kita abadikan menjadi sebuah tulisan.
selamat mencoba wahai kawan.